Distrik Seget, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua
Barat. Distrik adalah sebutan untuk pemerintahan setingkat kecamatan di Papua.
Lokasinya berada sekitar 50 km dari Kota Sorong ke arah selatan. Untuk
menjangkaunya, Penulis adalah seorang guru Penjas di SMAN 1 Seget yg sedang mengikuti program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal, dimana kontraknya cuma 1 tahun.
Lokasi Distrik Seget, Kabupaten
Sorong, Provinsi Papua Barat
Daerah itu merupakan kawasan konsesi
PT. Petrochina, sebuah perusahaan pertambangan asing yang sudah berada di
kawasan itu sejak tahun 1971, sehingga setiap mobil yang akan melalui kawasan
tersebut mendapat surat ijin masuk dari perusahaan tersebut. Selama melewati
kawasan tersebut, ada tiga pos penjagaan dimana setiap kendaraan harus melapor
dan meninggalkan copian surat ijin tersebut.
Yang jadi pertanyaan bagi
penulis adalah mengapa ada pemukiman di dalam wilayah konsesi perusahaan?
apakah masyarakat tetap mendapat hak penuh sebagai warga negara yang merdeka,
jika untuk masuk saja harus mendapat izin dari Petrochina yang notabene bukan
pemerintah?.
Kenyataannya bahwa keterisolasian
itu membuat infrastruktur di kawasan itu sulit berkembang. Untuk air bersih
saja mereka hanya mengandalkan air hujan untuk minum, sementara air sumur hanya
bisa dipakai untuk mencuci karena warnanya hampir coklat karena pengaruh adanya
hutan sagu. Apalagi sejak beroperasinya perusahaan itu 40 tahun lalu, di laut
mereka hanya ada ikan dasar saja, sehingga untuk mencari ikan mereka harus
melaut sejauh 4 atau 5 mil ke tengah laut. Menurut masyarakat, ikan-ikan
permukaan sudah tidak ada lagi karena air laut sekitar itu sudah tercemar.
Menurut Pak Distrik (camat), M.
Pangala, memang wilayahnya berada dalam kawasan konsesi PT. Petrochina sehingga
akses transportasi ke wilayah lain sangat terbatas. Untuk transportasi
masyarakat hanya tersedia beberapa mobil travel dan dua bis kecil yang izin
masuknya diurus kecamatan secara bulanan. Adapun ongkos perjalanannya untuk
angkutan umum tersebut adalah 50 ribu per orang, Jika menggunakan angkutan
tersebut, sehari paling hanya dapat menempuh 1 trip saja tidak bisa
bolak-balik.
Penulis dengan Pak Camat M. Pangala
dan penduduk Distrik Seget, Kamis 9 Agustus 2012. Photo:Dokumen Pribadi
Dengan keterbatasan akses tersebut,
penduduk kecamatan dengan populasi 3000 jiwa atau 600 KK ini lebih banyak
menghabiskan waktunya di ditempat mereka tinggal. Untuk memenuhi kebutuhannya
mereka berkebun dan melaut. Untunglah mereka masih merupakan masyarakat peramu
yang lebih banyak mengandalkan hidup dari kekayaan alam. Karena harga-harga barang
tinggi, jika tidak kebeli beras mereka masih bisa makan sagu yang tinggal ambil
di hutan.
Kasihan sekali nasib penduduk
kecamatan tersebut, selain terisolasi karena minimnya akses transportasi juga
karena wilayah administrasinya berada dalam kekuasaan perusahaan swasta asing……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar